Ujian tengah semester adalah ters formatif yang diadakan setelah melakukan pertemuan 8 - 9 kali minggu efektif. Tentu para guru harus membuat soal UTS, rasa males, ga ada waktu, sibuk, atau ada hal lain yang lebih penting bisa dialami setiap guru. Dari alasan-alasan tadi alasan mana ayo yang paling banyak guru alami? Males kebanyakan sih, hehe. Nah, pada kesempatan kali ini saya mau berbagi soal UTS Ganjil Khusus mapel Matematika SMA/MA nih. Khusus untuk kelas X yang sekolahnya sudah menerapkan kurikulum 2013 bisa dipakai untuk SMK tuh. Tapi jangan lupa bapak/ibu guru yang terhormat harus teliti dulu ya semua butir soalnya, coz barang kali ada kesalahan. heheh, Munaji juga manusia.
Untuk men-Download Sosla UTS Matematika SMA/MA silahkan langsung aja klik ling di bawah ini:
UTS-Ganjil-10-IIS
UTS-Ganjil-10-MIA
UTS-Ganjil-XI-MIA
UTS-Ganjil-XI-IIS
UTS-Ganjil-XI-IPS
UTS-Ganjil-XI-IPA
UTS-Ganjil-XII-IPS
UTS-Ganjil-XII-IPA
Semoga bermanfaat
Thursday, 26 November 2015
Kebutuhan Sosial
KEBUTUHAN SOSIAL
Manusia hidup di dunia ini saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya.
Manusia tidak bisa hidup sendirian. Siapapun orangya pasti dia butuh interaksi dengan orang
lain untuk memperoleh apa yang dicapainya. Begitu juga dengan seorang bayi. Dia
membutuhkan orang tuanya dan orang-orang di sekitarnya untuk bisa mengembangkan potensi
bawaanya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Nasution “seorang bayi tidak akan mungkin hidup
serta mengembangkan pembawaannya tanpa bantuan orang tuanya dan banyak orang lain
yang tak terhitung jumlahnya”. Oleh karena itu “mencari hubungan dengan orang lain adalah
dorongan yang wajar pada tiap anak”.
Sekolah seharusnya dapat membentuk anak menjadi makhluk sosial. Apabila sekolah
telah benar-benar memberikan ruang kepada anak sesuai dengan kebutuhannya sebagai
makhluk sosial maka artinya sekolah telah memberikan fungsinya dengan amat baik. Kurikulum
sebagai alat pengembangan sekolah di era sekarang ini sudah banyak memberikan kesempatan
kepada anak untuk bisa bersosialisasi dengan baik. Melalui model-model pembelajaran yang
inovatif dan suasana sekolah yang demokratis, anak-anak dapat bekerjasama, saling
menghargai, memberikan pendapat dan proses-proses interaksi sosial lainnya sehingga sekolah
benar-benar sebagai suatu masyarakat tempat dimana murid-murid mempraktikkan hak dan
kewajibannya. Apabila seseorang dapat berintekasi sosial dengan baik maka artinya salah satu
kebutuhannya telah terpenuhi dan dia akan lebih bahagian daripada anak yang kurang dapat
berinteraksi dengan baik. Dikutip dari Nasution bahwa “kebahagiaan seseorang dalam
kehidupan dan jabatannya bukanalah ditentukan oleh pengetahuan intelektualnya, melainkan
terutama oleh kesanggupannya untuk bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.
KEBUTUHAN
Beberapa kebutuhan yang dimiliki setiap anak adalah sebagai berikut:
1. Survvival, kebutuahn fisiologis, dan kebutuhan untuk hidup.
2. Security, atau rasa aman
3. Love and belonging, kebutuhan akan cinta kasih
4. Self-esteem, kebutuhan akan harga diri
5. Self-actualization, kebutuhan untuk merealisasikan kepribadian yang penuh
(S. Nasution : 105)
Dari kebutuhan-kebutuhan di atas, yang paling tinggi adalah self-actualization yakni
menemukan identitasnya.
Berangkat dari kebetuhan-kebutuhan di atas, maka lingkungan sekolah seyogyanya
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuahan tersebut, karena apabila kebetuhannya dipenuhi
maka anak akan lebih berhasil dalam belajarnya.
PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
Perkembangan intelektual menurut Piaget secara garis besarnya sebagai berikut :
1. Fase senso-motoris (bayi – 2 tahun), kemampuan intelektualnya berupa gerak refleks,
koordinasi tangan – mulut, koordinasi tangan mata, koordinasi pengamatan alat indra
(sensory) dan gerakan (motoris), mencari benda yang diambil dari penglihatannya,
melakukan berbagai usaha untuk mencapai tujuan.
2. Fase-praoperasional (2 – 7 tahun), kemampuan intelektualnya berupa memecahkan masalah
dengan pemikirannya, perkembangan bahasa dan persepsi yang cepat (2 – 4 tahun), pikiran
dan bahasa bersifat egosentris, subjektif, hanya dari pandangannya sendiri, orientasi
menurut bagaimana ia melihat sesuatu, mengetahui tangan kanannya, akan tetapi bukan
tangan kanan orang yang menghadapinya, padangan animistis, memnadang benda mati
seperti makhluk hidup, misalnya matahari tidur, mengaacaukan khayal dan kenyataan.
3. Fase operasional konkrit (7 – 11 tahun), kemampuan intelktualnya berupa memahami
reversibilitas, misalnya volume air tetap, walaupun bentuk bejana berbeda; mulai dapat
berpikir mengenai masalah konkrit, berpikir sambil memanipulasi benda; masih belum dapat
memecahkan masalah verbal yang agak kompleks.
Sedangkan menurut John W. Santrock (2011 : 329), pada tahap ini anak telah dapat bernalar
logis sejauh penalaran itu diaplikasikan pada contoh-contoh spesifikasi atau konkrit.
Karakteristik lainnya dari fase ini ialah dapat mengklasifikasikan benda ke dalam perangkat-
perangkat atau subperangkat.
4. Fase operasional formal (11 – 15 tahun), kemampuan intelektualnya berupa mengidentifikasi
masalah secara logis, termasuk mengemukakan dan menguji hipotesis dapat dipecahkan;
telah dapat menganalisis cara-cara berpikir, pemikiran formal masih egosentris dalam arti
masih ada kesukaran untuk menyesuaikan yang ideal dengan kenyataan.
(S. Nasution : 113).
PERKEMBNGAN SOSIAL-EMOSIONAL
Perkembangan emosional fokusnya kepada perubahan seseorang dari bergantung
kepadada orang lain menjadi tidak bergantung kepada orang lain atau mandiri, dari
perhatiannya tertuju hanya untuk diri sendiri menjadi memberi perhatian kepada orang lain.
Sedangkan dalam perkembangan soaialnya, mula-mula seorang anak hanya menaruh
perhatiannya untuk dirinya sendiri. Pada usia SD, ia berangsur angsur menaruh perhatiannya
kepada orang lain. Ia mulai mengikat tali persahabatan dengan teman-teman lain,
mempengaruhi orang lain, dan terus memperluas cakupan persahabatan namun perhatiannya
masih banyak terhadap orang-orang yang dekat padanya dalam keluarga.
Lambat laun dan selama menjelang pubertas, jalinan persahabatannya dengan teman-
teman sebaya semakin kuat. Pengaruh teman-temannya bahkan dapat lebih kuat dari pengaruh
orang tuanya. Selama masa ini anak mulai krisis identitas. Ia mulai bertanya pada dirinya, “Siapa
saya? Siapa dia?.
Kurikulum sekolah hendaknya membantu masa transisi sosial anak, melepaskan
ketergantungan kepada keluarga dan teman sebayanya untuk menjadi sosk yang mandiri
menuju kedewasaan.
PERKEMBANGAN MORAL
Perkembangan moral mengikuti tahapan tertentu secara runtut, tidak mungkin
melompati salah satu tahap. Adapun tahapnnya adalah sebagai berikut:
1. Prs-konvensional
Pada tingkatan ini anak telah dapat merespon terhadap aturan dan lingkungan akan
tetapi baik dan buruk diukur dari konsekuensi fisiknya berupa hukuman atau ganjaran
dan pujian yang ditentukan oleh yang memegang otoritas
a. Orientasi hukuman dan kepatuhan
b. Orientasi instrumental
Sesuatu dianggap baik bergantung pada hukuman akibat fisik baginya yang
menyakitkan atau menyenangkan. Hukuman harus dihindari dengan menunjukkan
kepatuhan.
Tindakan baik bila memberi kepuasan bagi diri atau bagi orang lain. Bahkan kita
berbuat baik agar orang lain berbuat baik pula kepada kita. Berbuat baik merupakan
instrumen atau alat untuk menerima kebaikan dari orang lain.
Manusia hidup di dunia ini saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya.
Manusia tidak bisa hidup sendirian. Siapapun orangya pasti dia butuh interaksi dengan orang
lain untuk memperoleh apa yang dicapainya. Begitu juga dengan seorang bayi. Dia
membutuhkan orang tuanya dan orang-orang di sekitarnya untuk bisa mengembangkan potensi
bawaanya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Nasution “seorang bayi tidak akan mungkin hidup
serta mengembangkan pembawaannya tanpa bantuan orang tuanya dan banyak orang lain
yang tak terhitung jumlahnya”. Oleh karena itu “mencari hubungan dengan orang lain adalah
dorongan yang wajar pada tiap anak”.
Sekolah seharusnya dapat membentuk anak menjadi makhluk sosial. Apabila sekolah
telah benar-benar memberikan ruang kepada anak sesuai dengan kebutuhannya sebagai
makhluk sosial maka artinya sekolah telah memberikan fungsinya dengan amat baik. Kurikulum
sebagai alat pengembangan sekolah di era sekarang ini sudah banyak memberikan kesempatan
kepada anak untuk bisa bersosialisasi dengan baik. Melalui model-model pembelajaran yang
inovatif dan suasana sekolah yang demokratis, anak-anak dapat bekerjasama, saling
menghargai, memberikan pendapat dan proses-proses interaksi sosial lainnya sehingga sekolah
benar-benar sebagai suatu masyarakat tempat dimana murid-murid mempraktikkan hak dan
kewajibannya. Apabila seseorang dapat berintekasi sosial dengan baik maka artinya salah satu
kebutuhannya telah terpenuhi dan dia akan lebih bahagian daripada anak yang kurang dapat
berinteraksi dengan baik. Dikutip dari Nasution bahwa “kebahagiaan seseorang dalam
kehidupan dan jabatannya bukanalah ditentukan oleh pengetahuan intelektualnya, melainkan
terutama oleh kesanggupannya untuk bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.
KEBUTUHAN
Beberapa kebutuhan yang dimiliki setiap anak adalah sebagai berikut:
1. Survvival, kebutuahn fisiologis, dan kebutuhan untuk hidup.
2. Security, atau rasa aman
3. Love and belonging, kebutuhan akan cinta kasih
4. Self-esteem, kebutuhan akan harga diri
5. Self-actualization, kebutuhan untuk merealisasikan kepribadian yang penuh
(S. Nasution : 105)
Dari kebutuhan-kebutuhan di atas, yang paling tinggi adalah self-actualization yakni
menemukan identitasnya.
Berangkat dari kebetuhan-kebutuhan di atas, maka lingkungan sekolah seyogyanya
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuahan tersebut, karena apabila kebetuhannya dipenuhi
maka anak akan lebih berhasil dalam belajarnya.
PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
Perkembangan intelektual menurut Piaget secara garis besarnya sebagai berikut :
1. Fase senso-motoris (bayi – 2 tahun), kemampuan intelektualnya berupa gerak refleks,
koordinasi tangan – mulut, koordinasi tangan mata, koordinasi pengamatan alat indra
(sensory) dan gerakan (motoris), mencari benda yang diambil dari penglihatannya,
melakukan berbagai usaha untuk mencapai tujuan.
2. Fase-praoperasional (2 – 7 tahun), kemampuan intelektualnya berupa memecahkan masalah
dengan pemikirannya, perkembangan bahasa dan persepsi yang cepat (2 – 4 tahun), pikiran
dan bahasa bersifat egosentris, subjektif, hanya dari pandangannya sendiri, orientasi
menurut bagaimana ia melihat sesuatu, mengetahui tangan kanannya, akan tetapi bukan
tangan kanan orang yang menghadapinya, padangan animistis, memnadang benda mati
seperti makhluk hidup, misalnya matahari tidur, mengaacaukan khayal dan kenyataan.
3. Fase operasional konkrit (7 – 11 tahun), kemampuan intelktualnya berupa memahami
reversibilitas, misalnya volume air tetap, walaupun bentuk bejana berbeda; mulai dapat
berpikir mengenai masalah konkrit, berpikir sambil memanipulasi benda; masih belum dapat
memecahkan masalah verbal yang agak kompleks.
Sedangkan menurut John W. Santrock (2011 : 329), pada tahap ini anak telah dapat bernalar
logis sejauh penalaran itu diaplikasikan pada contoh-contoh spesifikasi atau konkrit.
Karakteristik lainnya dari fase ini ialah dapat mengklasifikasikan benda ke dalam perangkat-
perangkat atau subperangkat.
4. Fase operasional formal (11 – 15 tahun), kemampuan intelektualnya berupa mengidentifikasi
masalah secara logis, termasuk mengemukakan dan menguji hipotesis dapat dipecahkan;
telah dapat menganalisis cara-cara berpikir, pemikiran formal masih egosentris dalam arti
masih ada kesukaran untuk menyesuaikan yang ideal dengan kenyataan.
(S. Nasution : 113).
PERKEMBNGAN SOSIAL-EMOSIONAL
Perkembangan emosional fokusnya kepada perubahan seseorang dari bergantung
kepadada orang lain menjadi tidak bergantung kepada orang lain atau mandiri, dari
perhatiannya tertuju hanya untuk diri sendiri menjadi memberi perhatian kepada orang lain.
Sedangkan dalam perkembangan soaialnya, mula-mula seorang anak hanya menaruh
perhatiannya untuk dirinya sendiri. Pada usia SD, ia berangsur angsur menaruh perhatiannya
kepada orang lain. Ia mulai mengikat tali persahabatan dengan teman-teman lain,
mempengaruhi orang lain, dan terus memperluas cakupan persahabatan namun perhatiannya
masih banyak terhadap orang-orang yang dekat padanya dalam keluarga.
Lambat laun dan selama menjelang pubertas, jalinan persahabatannya dengan teman-
teman sebaya semakin kuat. Pengaruh teman-temannya bahkan dapat lebih kuat dari pengaruh
orang tuanya. Selama masa ini anak mulai krisis identitas. Ia mulai bertanya pada dirinya, “Siapa
saya? Siapa dia?.
Kurikulum sekolah hendaknya membantu masa transisi sosial anak, melepaskan
ketergantungan kepada keluarga dan teman sebayanya untuk menjadi sosk yang mandiri
menuju kedewasaan.
PERKEMBANGAN MORAL
Perkembangan moral mengikuti tahapan tertentu secara runtut, tidak mungkin
melompati salah satu tahap. Adapun tahapnnya adalah sebagai berikut:
1. Prs-konvensional
Pada tingkatan ini anak telah dapat merespon terhadap aturan dan lingkungan akan
tetapi baik dan buruk diukur dari konsekuensi fisiknya berupa hukuman atau ganjaran
dan pujian yang ditentukan oleh yang memegang otoritas
a. Orientasi hukuman dan kepatuhan
b. Orientasi instrumental
Sesuatu dianggap baik bergantung pada hukuman akibat fisik baginya yang
menyakitkan atau menyenangkan. Hukuman harus dihindari dengan menunjukkan
kepatuhan.
Tindakan baik bila memberi kepuasan bagi diri atau bagi orang lain. Bahkan kita
berbuat baik agar orang lain berbuat baik pula kepada kita. Berbuat baik merupakan
instrumen atau alat untuk menerima kebaikan dari orang lain.
10 Etika Berdo'a
10 Etika Agar Do'a Kita Diterima Allah SWT
a. Pengertian Do'a
Do'a berasal dari bahasa arab (دعا - يدعو - دعاء) yang artinya memohon atau mengundang. Adapaun secara istilah Do'a artinya permintaan dari yang bawah ke atas.
Setiap do'a yang dipanjatkan tentunya ingin agar do'a kita diterima oleh Allah SWT. Berikut adalah 10 etika agar do'a kita diterima Allah SWT.
1. Waktu
Seseorang yang hendak berdo'a dianjurkan untuk melakukannya pada waktu-waktu yang mustajabah yaitu waktu-waktu yang dianjurkan untuk berdo'a. Diantara waktu-waktu yang mulia yaitu hari arofah dalam hitungan tahun, bulan romadon dalam hitungan bulan dan hari jum'at dalam hitungan minggu dan waktu sahur dalam hitungan hari.
2. Situasi dan Kondisi
Situasi dan kondisi yang baik untuk berdo'a diantaranya adalah: a. Ketika berkecamuknya perang dalam membela agama Allah, b. Ketika turunnya hujan, c. Ketika selesai melaksanakan sholat wajib, d. Do'a antara adzan dan iqomat e. Ketika dalam keadaan berpuasa. f. Ketika bersujud.
3. Menghadap Kiblat dan Mengangkat Kedua Tangan
Ketika berdo'a hendaklah menghadap ke arah kiblat dan mengangkat kedua tangannya. Perlu diperhatikan bahwa mengangkat kedua tangan yang disyareatkan adalah mengangkat tangan hingga kedua telapak tangnnya sejajar dengan wajahnya dan menutup jari-jari telapak tangan. Kemudian di akhir do'a hendaklah mengusap wajahnya. Adapun perbuatan yang dilarang ketika berdo'a adalah pandangannya menuju ke atas atau ke langit.
4. Merendahkan Suara
Batasan merendahkan suara dalam berdo'a adalah suaranya diantara samar-samar dan keras. Atau dengan kata lain tidak terlalu pelan dan juga tidak terlalu keras.
5. Tidak Attakluf (membebankan diri)
Ketika berdo'a tidak diperkenankan membebankan pembicaraan.
6. Rendah Diri, Khusyu, Roghbah, dan Rohbah
7. Yakin
8. Merengek-Rengek dan Mengulanginya 3 Kali
9. Dibuka dengan Dzikir Kepada Allah
10. Taubat
(Dinukil dari kita Ianatut Tolibin)
a. Pengertian Do'a
Do'a berasal dari bahasa arab (دعا - يدعو - دعاء) yang artinya memohon atau mengundang. Adapaun secara istilah Do'a artinya permintaan dari yang bawah ke atas.
Setiap do'a yang dipanjatkan tentunya ingin agar do'a kita diterima oleh Allah SWT. Berikut adalah 10 etika agar do'a kita diterima Allah SWT.
1. Waktu
Seseorang yang hendak berdo'a dianjurkan untuk melakukannya pada waktu-waktu yang mustajabah yaitu waktu-waktu yang dianjurkan untuk berdo'a. Diantara waktu-waktu yang mulia yaitu hari arofah dalam hitungan tahun, bulan romadon dalam hitungan bulan dan hari jum'at dalam hitungan minggu dan waktu sahur dalam hitungan hari.
2. Situasi dan Kondisi
Situasi dan kondisi yang baik untuk berdo'a diantaranya adalah: a. Ketika berkecamuknya perang dalam membela agama Allah, b. Ketika turunnya hujan, c. Ketika selesai melaksanakan sholat wajib, d. Do'a antara adzan dan iqomat e. Ketika dalam keadaan berpuasa. f. Ketika bersujud.
3. Menghadap Kiblat dan Mengangkat Kedua Tangan
Ketika berdo'a hendaklah menghadap ke arah kiblat dan mengangkat kedua tangannya. Perlu diperhatikan bahwa mengangkat kedua tangan yang disyareatkan adalah mengangkat tangan hingga kedua telapak tangnnya sejajar dengan wajahnya dan menutup jari-jari telapak tangan. Kemudian di akhir do'a hendaklah mengusap wajahnya. Adapun perbuatan yang dilarang ketika berdo'a adalah pandangannya menuju ke atas atau ke langit.
4. Merendahkan Suara
Batasan merendahkan suara dalam berdo'a adalah suaranya diantara samar-samar dan keras. Atau dengan kata lain tidak terlalu pelan dan juga tidak terlalu keras.
5. Tidak Attakluf (membebankan diri)
Ketika berdo'a tidak diperkenankan membebankan pembicaraan.
6. Rendah Diri, Khusyu, Roghbah, dan Rohbah
7. Yakin
8. Merengek-Rengek dan Mengulanginya 3 Kali
9. Dibuka dengan Dzikir Kepada Allah
10. Taubat
(Dinukil dari kita Ianatut Tolibin)
Wednesday, 29 July 2015
Program Kerja Khotmil Qur'an MA Bina Cendekia Cirebon Tahun 2015
PROGRAM KERJA
KHOTMIL QUR’AN ANGKATAN KE-3
MA BINA CENDEKIA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Kemampuan membaca
Al-Qur’an sudah selayaknya dimiliki oleh setiap individu muslim, karena
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam dan sebagai pedoman dalam mengarungi
hidup ini agar dapat mencapai kebahagiaan yang hakiki.
Dengan demikian, mempelajari
Al-Qur’an merupakan kewajiban bagi setiap muslim, lebih dari itu Rasullah SAW
telah menjanjikan kebaikan bagi orang yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya melalui sabdanya yaitu: “Orang yang paling baik diantara
kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”
(Al-Hadits).
MA Bina Cendekia merupakan
sekolah unggulan berbasis pesantren berusaha untuk berkontribusi membrikan pengajaran
Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya melalui mata pelajaran BTQ dengan harapan kelak
semua alumni MA Bina Cendekia dapat membaca Al-Qur’an dengan baik, benar serta
fasih.
Kegiatan khataman atau
Khotmil Qur’an merupakan tahapan akhir bagi para siswa setelah melalui proses
pembelajaran di kelas dan diasramakan dalam jangka waktu kurang lebih dua
bualan. Dengan adanya kegiatan Khotmil Qur’an ini diharapkan bisa menjadi motivasi
bagi keluarga besar MA Bina Cendekia untuk senantiasa mengamalakan ajarannya
dan menjadi bahan evualuasi sudah sejauh mana para siswa dapat membaca
al-Qur’an sesuai dengan tajwid dan qa’dahnya.Untuk mendapatkan program kerja secara lengkap silahkan downlaod di sini.
Tuesday, 14 July 2015
Menjadi Manusia yang Bersyukur
Menajdi Manusia yang Bersyukur
Sesungguhnya manusia adalah makhluk yang sangat mulia. Namun derajat kemuliaan ini bisa anjolok ke drajat yang sangat hina bahkan lebih hina daripada binatang. Manusia memiliki banyak kelebihan dibanding makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Jika manusia pandai bersyukur dengan kelebihan-kelebhan yang dimillikianya itu maka jadilah manusia yang mulia, namun jika tidak dapat bersyukur maka drajatnya akan renadah.
Kesombonganlah yang membuat manusia itu terjerumus ke dalam kehinaan
Sesungguhnya manusia adalah makhluk yang sangat mulia. Namun derajat kemuliaan ini bisa anjolok ke drajat yang sangat hina bahkan lebih hina daripada binatang. Manusia memiliki banyak kelebihan dibanding makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Jika manusia pandai bersyukur dengan kelebihan-kelebhan yang dimillikianya itu maka jadilah manusia yang mulia, namun jika tidak dapat bersyukur maka drajatnya akan renadah.
Kesombonganlah yang membuat manusia itu terjerumus ke dalam kehinaan
Subscribe to:
Comments (Atom)